Ketika Allah Telah Berkehendak
Suatu hari, ditengah malam yang sepi ada seorang ibu yang sedang bersedih di dalam kamarnya yang sempit. Beliau bernama Adinda, seorang wanita yang telah di dtinggal mati oleh suaminya. Adinda hidup bersama anaknya. Adinda merasa tidak kuat setelah kematian anaknya. Setiap harinya ia harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuk anaknya. Ia mencoba mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan mereka. Berbagai tempat perusahaan dan tempat kerja lainnya ia datangi untuk melamar pekerjaan. Namun tak satupun dari perusahaan itu yang bisa menerimannya. Sedangkan uang tabungannya sudah mulai menepis. Ia teringat ketika kali Ridwan melamarnya. Kemudian menikahinya dengan atas restu orang tuanya. Mereka bersenandung, bersenda gurau dan bermesraan berdua.
Setiap di pagi hari ia suaminya selalu memakan makanan yang Adinda masak dan tak lupa sebelum bekerja Ridwan selalu mengecup pipinya sebelum berangkat kerja. Ridwan orang yang baik, yang selalu memenuhi kebutuhan keluarga, Ketika Adinda sedang sedih Ridwanlah yang selalu menghiburnya dengan sepotong cokelat dan setangkai bunga. Menurut Adinda, suaminya adalah orang yang paling romantis, yang pernah ia temui. Ketika tepat hari Rabu tanggal 23 Januari 2009, ia harus pergi dinas keluar kota. Ditengah hujan deras itu mobil yang dinaikinya mengalami masalah. Jalan yang licin membuat Ridwan tidak bisa mengendalikan mobil. Hingga tepat didepannya mobil yang ia kendarai harus ditabrak oleh truk besar yang memang berada dijalannya.
Serpihan kaca yang memang masuk kedalam tubuh Ridwan adalah saksi bahwa ia sedang terluka parah. Adinda memang tak bisa melupakan kejadian itu. Tantangan hidup yang menjadi sumber masalah utama, semakin membuat hatinya hancur. Malam itu Adinda memang tak bisa melupakan peristiwa yang ia hadapi dalam hidupnya. Rizal terbangun dan melihat ibunya yang sedang menangis. "Ibu ada apa, kenapa ibu menangi? Rizal takut bu ayo kita tidur" Pinta Rizal. "Tak apa sayang, mari kita tidur". Suara adzan di pagi hari membangun Adinda, Rizal putranya yang berusia 5 tahun bersiap untuk sholat subuh di masjid. Setelah menunaikan sholat subuh Adinda langsung membuat sarapan untuk putranya, sebelum putranya pulang dari masjid.
Ketika Rizal tiba, Rizal bergegas untuk mandi dan bersiap untuk sekolah. Rizal melihat diatas meja hanya ada sebuah nasi dengan sebuah telur. Rizal kemudian bertanya "Ibu apakah ibu tidak makan?" Tanya Rizal "Tidak nak ibu masih belum lapar, ayo makanlah selagi masih hangat". Rizal pun kemudian makan dengan lahapnya, dan langsung berpamitan kepada ibunya untuk bergegas kesekolah. Adinda segera bersiap untuk mencari pekerjaan baru demi bisa menopang tanggungan hidup yang mereka alami. Setiap tempat ia berjalan demi mencari sebuah pekerjaan tidak pernah ia temukan. Hingga ia tiba di sebuah restaurant dimana ditempat itu terdapat lowongan pekerjaan.
Ditempat itu ia langsung mengajukan CV untuk melamar pekerjaan. Manager di tempat ia bekerja melihat memang ada bakat pada diri Adinda, namun ada satu yang kurang. Manager mengatakan bahwa ketika ingin melamar di perusahaan ini, maka harus melepaskan hijab yang ia pakai. Ada sesuatu yang bergejolak dalam hatinya. Andaikan Adinda menerima pekerjaan itu maka hilanglah sudah harga dirinya sebagai seorang muslim. Namun jika ia menolak bagaimana nasib keluarganya. Akhirnya setelah 5 menit berfikir ia memutuskan tidak jadi melamar menjadi pelayan restaurant. Meski begitu Adinda mencoba untuk tawakal dan ikhlas. Sore harinya ia pulang dengan tangan hampa.
Ketika tiba dirumah, ternyata ada orang tua Adinda yang sedang duduk di ruang tamu menunggu kepulangannya. Betapa bahagiannya Adinda. Ternyata maksud kedatangan mereka untuk memberi tau bahwa sebenarnya ia sedang di lamar oleh seorang laki-laki bernama Firman. Orang tuanya juga mengatakan bahwa Firman siap untuk menerima semua keadaan Adinda termasuk menjadi ayah bagi Rizal. Sangat sulit bagi Adinda untuk menerima Firman sebagai suaminya, mengingat bahwa ia sangat mencintai Ridwan. Ridwan terus menerus mendesak orang tua Adinda untuk menerima dirinya sebagai suami dari Adinda.
Suatu malam ketika Adinda sedang duduk untuk melihat sebuah kolam ikan dimana dulu ia biasa berdua dengan mendiang suaminya dulu, ia menangis. Seolah ia ingin agar suaminya disini bersamanya. Tak lama setelah tangisnya ia mendegar suara tawa Rizal. Adinda menyusuri kekamar Rizal, dengan wajah penasaran ia membuka sedikit pintu kamarnya. Ternyata Firman sedang bermain dengan Rizal. Orang tua Adinda yang memang disitu menceritakan bahwa Firman adalah orang yang peduli lagi sabar. Namun hal itu tak membuat perasaannya berubah, karena ia masih sangat mencintai suaminya. Keesokan harinya Adinda ingin kerumah mertuanya yang merupakan ibu dari Ridwan.
Mertuanya menyambut baik Adinda dan Rizal ketika mereka sampai. Ibunya menceritakan bahwa ia sangat rindu kepada mereka dan bersedih atas kepergian Ridwan. Adinda menceritakan bahwa ia sesungguhnya akan dilamar, oleh seorang pemuda bernama Firman. Mertuanya kemudian memeluknya dan berkata, jika itu memang pilihanmu maka pilihlah. Mertuanya meminta untuk Adinda memikirkan masa depan Rizal. Yah Rizal memang membutuhkan seorang ayah. Ayah yang bisa memberikan kasih sayang dan bisa menjadi imam. Setelah berpamitan dengan keduanya Adinda melakukan sholat istikharah memohon petunjuk kepada Allah. Malam itu ia akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Firman.
Hari dimana pernikahan mereka akan diresmikan telah tiba, dan akad akan segera dilaksanakan. Semua tamu yang ada di acara pernikahan itu tampak sangat gembira, Setelah akad dilangsungkan Firman memeluk Rizal, dan sepertinya Rizal memang bahagia dan menerimanya sebagai ayahnya. Setelah acara selesai Firman mengajak Adinda dan Rizal ke suatu tempat, rumah yang baru dimana mereka memulai hari dengan cinta yang di ridhoi karena Allah. Allah menjawab semua doa dari Adinda, suami yang baik dan soleh bisa ia dapatkan sekali lagi tak hanya itu Allah memberikan kekayaan sebagai wujud bahwa itu baru sebagian kecil kasih sayang Allah untuk hambanya. Keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah telah terjalin lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar