Ayah Aku Anakmu
Kehidupan adalah anugerah yang diberikan sang pencipta yang diberikan untuk setiap mahluknya dengan tujuan agar mahluknya senantiasa beribadah dan menjaga bumi ini. Sebagai seorang muslim kita harus bisa menjaga hubungan baik dengan Allah, sesama manusia, dan diri kita sendiri. Mungkin untuk sebagian orang kehidupan sempurna adalah memiliki harta dan bisa menggapai apa yang kita inginkan. Aku ingin bisa menjadi seorang muslim yang baik yang bisa membahagiakan ibuku. Mungkin itu terdengar aneh untuk beberapa orang tapi bagiku itu adalah segalanya. Karena aku percaya tak ada orang yang dapat menyayangi kita seperti malaikat kecuali ibu.
Namaku Ayub Muhammad, sekarang aku sedang duduk dibangku kelas 2 SMA. Aku hidup dengan ibuku. Sejak kecil ayahku telah meninggal, ayah meninggal tepat ketika ibu mengandung usia 7 bulan. Sebagai seorang anak, kita pasti akan merasakan hidup yang kurang tanpa sosok kasih seorang ayah. Mungkin ayah tidak akan mampu bertahan sekuat ibu, tapi cinta ayah bisa menjadi motivasi dan mengajarkan hal-hal yang lebih hebat dari cinta ibu. Menurutku hidup tanpa sosok seorang ayah itu sangat kurang bagiku, karena pasti jika melihat keluarga yang lain banyak anak yang lahir dan tumbuh besar dengan cinta ibu dan ayah. Sejak kecil aku termotivasi dengan arsitek, aku ingin sekali bisa mendesign rumah untuk ibu.
Agar ibu bisa sejenak lebih tenang dan nyaman tinggal di rumah. Namun ada yang kurang, aku juga tinggal bersama kakek dan nenek. Nenek sangat menyayangiku begitu juga om dan tante. Sejak kecil aku tinggal bersama ibu paman dan tante juga kakek dan nenek dalam sebuah rumah yang megah. Namun hanya saja aku merasa kakek terlalu keras denganku. Entah apa yang membuat dia tak suka terhadapku. Sejak kecil jika aku bersamanya aku selalu dicubiti bahkan tak segan aku dicambuk dengan tali pinggang kakek. Kakek hanya menyangi cucunya yang lain Adam, Aris, dan Agung. Mereka jarang dimarahi kakek, mungkin tidak sama sekali. namun bunda selalu mengatakan bahwa apapun yang terjadi kamu harus menjadi orang yang sabar.
Sejak kelas 2 SMA aku selalu berangkat bareng Aris. Ya, dia adalah spupuku yang baik. Dia juga pintar, terutama dibidang matematika dan bahasa inggris. Impiannya adalah menjadi dokter. Kami selalu belajar bersama, bermain bersama. Kak Adam, dan adik Agung, mereka juga sangat baik kepadaku. Ketika kakek melarangku bermain komputer milik Kak Aris, Kak Aris selalu memperbolehkan aku bermain komputernya, tak jarang mereka selalu berbagi makanan bahkan baju denganku. Tapi mengapa dengan kakek, dan siapa ayahku ?. Ibu tidak pernah menjelaskannya. Semuanya merasa ada hal yang ganjal dihatiku. Namun setiap kali aku ingin bertanya, aku takut jikalau ibu akan sedih dengan pertanyaanku tentang siapa ayahku.
Mungkin ia terlalu sakit kehilangan ayah sehingga tak tega memberi taukan nama ayahku, Ibu memberikan nama Ayub supaya aku menjadi orang yang sabar dan tabah. 2 tahun telah berlalu, kini aku masuk menjadi mahasiswa di Universitas Negeri terkenal dengan jurusan Teknik Arsitektur, yah jurusan yang sangat aku minati. Aku sangat bersemangat dengan apa yang aku dapat di jurusan ini. Aku belajar tentang cara menata rumah, perlatan dan bahkan diajarkan cara membuat rumah tetap kokoh walaupun dengan ukuran yang kecil. Mungkin jika lulus nanti akan aku hadiahkan buat Ibu. Namun dalam satu universitas yang sama ada seseorang yang begitu angkuh bernama Angga.
Angga Prayuda putra dari Dimas Prayuda, ia sangat angkuh. Tak semua orang dapat berbaur dengannya, hanya segelintir yang beruang yang bisa berbaur dengannya, yah mungkin karena jurusannya kedokteran. Secara fisik dia memang tampan, karena banyak wanita yang bergitu tergila-gila. Namun untuk hati, dia sangat keras dan sombong, bahkan dia memandang hina setiap orang yang dianggapnya lemah dan miskin. Mungkin termasuk denganku. Bayangkan saja ketika dengan Aris mereka bisa terlihat akrab namun tidak denganku. Mungkin karena aku tinggal menumpang dengan Papa dan mamanya Aris. Tapi Aris tidak suka dengan sikapnya.
beberapa bulan kemudian aku sempat bertabrakan dengan seorang pria paruh baya, mungkin usianya sudah 50an, sebab walaupun terlihat muda namun sudah banyak uban dirambutnya. Ternyata dia adalah Dimas Prayuda. Tak heran jika ia mempunyai sikap yang angkuh. Ketika sampai dirumah aku mendengar kakek memarahi nenek dan ibu. Kakek mengatakan kepada ibu "Dasar kamu anak gak tau diuntung, diluar sana banyak pria yang mau dengan kamu mengapa kamu masih mempertahankan anak itu, anak haram". Ibu "Tidak ayah Ayub bukan anak haram, akulah yang bersalah karena membiarkan kesucianku direbut olehnya.
Kakek "Kamu seharusnya tau bahwa kamu gak perlu menanggung hal ini tidakkah kamu liat para tetangga selalu bergosip tentang kamu, hanya karena anak itu masa depan kamu hancur". Ibu "Ayah aku mohon maafkan aku, hukum aku tapi tolong jangan anakku, sungguh ia tak tau apa-apa, akulah yang bersalah ayah". Aku tak menyangka, selama ini aku adalah anak yang tak pernah diharapkan. Aku tak mengira aku adalah anak yang lahir dari hasil perkosaan. Ya Tuhan serendah inikah aku. Apakah aku tak pantas menjadi hambaMu. Ketika aku masuk, aku bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
Didalam hatiku aku merasakan kesedihan yang mendalam, lalu siapa aku. Aris melihatku dan berusaha menghibur kesedihanku. Kemudian Kak Adam datang dan menceritakan semuanya. Dahulu kala Om Dimas adalah cinta pertama ibu, ibu sangat mencintainya, hingga mereka berhubungan. Setelah 4 bulan mereka pergi meninggalkan Ibumu. Mendengar hal itu semakin hancurlah aku, selama ini aku dan Angga adalah saudara tiri. Namun apakah aku tidak berharga sehingga harus dibuang seperti ini. Apa salahku. Kak Adam menyarankan bahagiakan ibumu.
4 tahun berikutnya, aku sudah mampu memberikan rumah untuk ibu, aku sudah memberikan berbagai macam peralatan rumah tangga dan juga hiburan.Tak hanya itu, aku juga memberikan sebuah taman disamping rumah supaya ibu bisa melihat pemandangan. 2 bulan berikutnya aku mendengar bahwa Pak Dimas sakit ginjal dan kini dirawat. Istrinya memintaku untuk mendonorkan ginjalnku, tentu saja ibu menolak. Sebagai seorang anak aku pasti tetap menyayangi ayahku. Dan akhirnya ibuku mengizinkannya. Namun dalam ruangan operasi terjadi sebuah kecelakaan,
Hal ini menyebabkan Ayub tidak tertolong, dan meninggal setelah 2 jam. Ibu menuliskan sebuah surat untuk Pak Dimas " Mas Dimas taukah engkau bahwa anak yang kini kau sia-siakan kini dia telah memberikan ginjalnya bahkan sampai harus kehilangan nyawanya hanya untukmu, tidakkah kau merasa malu atas apa yang menimpanya, satu pesanku tolong kau juga pemberian ginjal anakku itu". Sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku aku ingin berdoa semoga aku mendapatkan cinta ayah dan ibu didunia berikutnya.