KEIKHLASAN CINTA
Namaku adalah Khairil di usiaku yang ke 17 tahun aku melanjutkan jenjang pendidikanku ke Mahasiswa dengan jurusan Biologi di Universitas Negeri yang ternama. Sebagai seorang Mahasiswa aku bertekad untuk bisa menjadi Mahasiswa yang berprestasi dan bisa mendapatkan beasiswa. Di awal aku tak pernah menyadari bahwa hidup itu tak semudah yang ku bayangkan. Tekanan hidup yang harus aku jalani di siang dan malam sangat membuatku frustasi, belum lagi aku selalu dibanding-bandingkan oleh orang tuaku karena aku tak seperti apa yang mereka harapkan. Dengan jurusan Biologi aku berniat untuk menjadi Dosen Biologi. Amran adalah sahabatku dia juga satu kampus bareng denganku Ia mengambil jurusan ekonomi. Dalam hal bisnis Amran jagonya. Dia sangat berbakat dalam hal dagang. Akupun sering sekali berbisni bareng dengan dia.
Aku terbiasa bangun jam 3 pagi dan melaksanakan sholat tahajud. Kemudian menyapu dan langsung mandi. Setelah itu barulah aku meunggu subuh sambil tilawah. Itulah aktivitasku di pagi hari sebelum memulai hariku. Mentari kemudian bersinar dan kini saatnya aku berangkat dan eitt jangan lupa untuk mempersiapkan makanan yang akan aku dagangkan nanti yah lumayan buat nambah uang jajan. Makanan yang aku bawa kemudian aku titipkan ditempat kantin yang ada dengan sistem bagi hasil. Saat ingin masuk kekelas aku bertabrakan dengan sosok wanita yang tak begitu aku kenal. Kemudian aku bangun dan membereskan buku-bukunya. Yah ternyata dia juga mahasiswa tingkat 1 sama sepertiku, terlihat dari wajahnya dan perawakannya yang menandakan bahwa kita sebaya. Yah cukup cantik sih tapi astaughfirullah aku harus menundukkan pandangan.
Kemudian tak lama kemudian dosen hadir dengan membawa materi yang baru. Hari demi hari aku lewati dengan suka dan duka. Tapi ada sesuatu yang berbeda dengan hati ini. Aku merasa seakan hati ini mengagumi sosok indahnya. Pancaran wajahnya yang memikat hati ini. Aku tak bisa memendam ini lebih lama. 2 tahun sudah berlalu rasanya aku tak bisa memikirkan bagaimana hati ini bisa merindukannya. Lewat Amran aku mencari tau siapa gadis itu. Namun tak kusangka ia adalah Mahasiswa kedokteran. Dia bernama Aqniyah, putri dari Bapak Adrian seorang Pengusaha sukses yang mempunyai cabang dimana-mana. Aku mulai menyadari bahwa aku mulai mencintainya. Di awal tingkat 3 ini aku tak bisa fokus untuk kuliah karena bayangan wajahnya yang terbayang di pikiranku.
Cinta adalah anugrah yang terindah yang diberikan tuhan untukku karena lewatnya lah kita belajar untuk peduli terhadap seseorang. Rona cinta dalam hati akan membuat kita tetap semangat dalam menjalani aktivitas kita dan hidup ini terasa berwarna. Lewat doa aku selalu berharap agar Aqniyah bisa menjadi jodohku. Namun aku harus fokus untuk lulus dan mencoba penemuan ku untuk menjadi ahli tanaman serta menciptakan pupuk yang meningkatkan kualitas tumbuhnya tanaman. Di sebuah taman saat aku mencoba melihat bentuk tubuh dalam suatu tanaman. Aku melihat dia dengan teman-temannya yang berada tak jauh dari tempatku. Mungkin dia sedang melakukan observasi disana. Aku mencoba mengawali pembicaraan dengannya. Ternyata dia cukup ramah dan sopan. Ada sosok kenyamanan dalam hati ini.
Suatu ketika Amran mendatangi rumahku. Dalam keadaan sedih ia memelukku dan aku membawanya masuk untuk menenangkannya. Ternyata dia mengalami masalah yang cukup besar yang menurutku itu tak bisa dipikul. Ternyata apa yang dialami Amran tak seindah apa yang aku bayangkan. Keluarga yang selama ini yang begitu indah kini berubah menjadi neraka saat ia tau bahwa ayahnya telah berpoligami. Dia tak menyangka ayahnya bisa setega itu, dan ibunya sudah tau lama sekali. Ditengah apa yang ia rasakan, adiknya yang begitu ia cintai mengalami kecelakaan. Dalam perjalanan pulang adiknya dihantam oleh sebuah mobil yang kebetulan melintas cepat. Ya Allah apa yang salah dengan Amran, pemuda yang begitu baik namun kini kehidupannya telah terpuruk.
Aku mencoba untuk menghibur Amran dan mencari solusi masalahnya. Amran mengajakku kerumah sakit untuk melihat adiknya yang terbaring disana. Dalam kesedihan dan duka yang mendalam dia terus berdoa agar adiknya cepat sembuh dan bisa kembali kedalam pelukannya. Dalam suatu malam disaat kami terlelap dikamar adiknya, Ayahnya datang bersama ibunya. Ketika menyaksikan adik Amran yang berbaring lesu disana. Terlihat detak jantung yang lemah dan keadaan tubuh yang penuh dengan perban dikepalanya. Amran merasa kecewa dengan ayahnya dan mengusirnya untuk keluar dari ruangan adiknya tidur. Ia melampiaskan segala kekecewaannya kepada ayahnya. Namun disaat pertengkaran itu ada sebuah tekanan nafas yang menggebu-gebu diringi dengan detakan jantung yang mulai lemah.
Aku segera menghubungi dokter untuk melihat keadaan adiknya. Usaha pacu jantung pun dilakukannya dengan tujuan agar jantungnya kembali berdetak namun apa yang terjadi. Usaha yang dilakukan sang dokter ternyata sia-sia. Roh sudah menemui Robnya. Adiknya kini telah tiada, dengan tangis yang memecah sebagai bentuk kesedihan yang ia alami. Aku memeluk Amran dan berusaha untuk menenangkannya. Setelah dikubur Amran masih merasa sedih namun ibunya selalu ada untuk menghiburnya. Duka yang ia rasakan beserta luka yang ia alami mungkin akan perlu waktu untuk mengobatinya. 6 bulan kemudian aku kembali bertemu dengan Aqniyah, namun dibelakangnya ada seseorang, yang aku rasa aku mengenalnya. Orang yang tadi mengikutinya kemudian menghampiriku dan memelukku. Ternyata ia adalah Azam, ternyata dia adalah temanku saat masa SMA. Entah bagaimana dia masih bisa mengenaliku.
Kami berbicara panjang dan lebar seraya tertawa dengan seagala masa lalu kami. Azam adalah mahasiswa kedokteran dengan Universitas yang ternama. Meski ia 2 tahun lebih tua dariku tapi baginya aku seperti saudaranya. Sejak saat itu aku mulai kembali berhubungan dengan Azam dan semakin akrab dalam membina persaudaraan kami. Tak terasa aku memasuki hari dimana aku akan diwisudah. Di balik saat aku bergegas nasuk kedalam ruang kampus aku kembali melihat Aqniyah. Aku sering berbicara dengannya lewat "wa" meski hanya sebuah kata-kata tapi kami saling menjaga batasan kami masing-masing. Ternyata dia butuh waktu 2 tahun lagi untuk lulus, karena waktu yang dibutuhkan untuk mahasiswa kedokteran minimalnya adalah 6 tahun. Aku bersedia menunggunya selama itu hingga waktu yang akan mempertemukan kami
Aku mulai merintis usaha mulai dari pembuatan pupuk yang lebih baik kualitasnya juga membuka usaha cokelat. Bersama Amran kami mencoba bertempur di dunia luar untuk mengais sedikit rezeki. 2 tahun sudah aku berhasil merintis usaha ini. Dan keuntungan yang kami. dapatkan juga lebih banyak. Allah memberikan jalan yang terbaik untukku. 4 hari setelah hari wisudah Aqniyah aku bermaksud untuk melamarnya, dengan harapan bahwa ia akan menerimaku menjadi imamnya. Namun setelah aku datang menghadap ayahnya, Aqniyah menolak lamaranku dengan alasan dia tidak mencintaiku. Dia hanya menganggapku sebagai kakak dan tidak lebih dari itu. Mendengar hal itu rasanya remuk hati ini. Harapan yang kini aku pendam dalam sanubari hati ini kini berubah menjadi luka yang menghancurkan hati ini.
Dengan tangan hampa aku pulang dengan mengendarai motor. Namun ditengah perjalanan aku ditabrak oleh sebuah truk besar. Saat aku terbangun aku merasa semua disekitarku gelap. Aku tak bisa merasakan mata ini dapat melihat. Saat aku mendengar bahwa aku buta. Rasanya hati ini remuk dan tubuh itu ini seperti tersengat liistrik. Tidak hanya itu Kak Azam juga akan melangsukan pernikahan dengan Aqniyah. Ternyata selama ini Kak Azamlah yang sangat dicintai oleh Aqniyah. Aku tak bisa merasakan semua ini. Semua yang aku alami terlalu berat bagiku. Amran duduk disampingku dan memberikanku semangat. 2 minggu kemudian aku menghadiri pernikahan Kak Azam. Aku mendengar dan merasakan kebahagiaan Kak Azam yang sangat.
Dia memelukku begitu erat. Aku hanya bisa menahan tangis dan sebisa mungkin tersenyum untuk Kak Azam. Hari yang aku lalui begitu berat dan tak bisa aku rasakan lagi. Aku berusaha bangun dari keterpurukan ini. Aku memanfaatkan indra peraba dan pendengaranku untuk berkomunikasi dan membaca tulisan. Dengan rabaan yang aku pelajari aku mulai bisa membaca. 1 tahun kemudian aku dijodohkan oleh orang tuaku untuk menikah dengan akhwat yang bernama Syifa. Aku menyutujuinya. Aku mulai bangkit. Aku dan Amran mulai membangun usaha lagi yaitu pupuk dan coklat. Ketika hendak mendistribusikan pupuk tersebut aku dan Amran yang menggunakan mobil ditabrak oleh sebuah bis besar yang supirnya sedang mengantuk. Mobil kami terlempar ke jurang.
Aku terbangun dengan kapas yang menutupi mataku. Allah memberikan anugrahnya dengan mengembalikkan penglihatanku. Aku melihat orang tuaku, Syifa dan Kak Azam. Aku tidak melihat sahabatku yang bersamaku. Ternyata Amran telah pergi. Orang yang begitu aku cintai dan yang selalu ada untukku kini telah pergi lebih dulu dariku. Kak Azam memberikan ku sepucuk surat dari Amran, sebelum ia pergi meninggalku untuk menghadap Robnya.Dengan tangan yang terasa lemas dan hati yang hancur juga luka yang semakin menganga perlahan aku membaca surat itu. Surat yang dituliskan dengan tinta merah.
Cinta adalah anugrah yang terindah yang diberikan tuhan untukku karena lewatnya lah kita belajar untuk peduli terhadap seseorang. Rona cinta dalam hati akan membuat kita tetap semangat dalam menjalani aktivitas kita dan hidup ini terasa berwarna. Lewat doa aku selalu berharap agar Aqniyah bisa menjadi jodohku. Namun aku harus fokus untuk lulus dan mencoba penemuan ku untuk menjadi ahli tanaman serta menciptakan pupuk yang meningkatkan kualitas tumbuhnya tanaman. Di sebuah taman saat aku mencoba melihat bentuk tubuh dalam suatu tanaman. Aku melihat dia dengan teman-temannya yang berada tak jauh dari tempatku. Mungkin dia sedang melakukan observasi disana. Aku mencoba mengawali pembicaraan dengannya. Ternyata dia cukup ramah dan sopan. Ada sosok kenyamanan dalam hati ini.
Suatu ketika Amran mendatangi rumahku. Dalam keadaan sedih ia memelukku dan aku membawanya masuk untuk menenangkannya. Ternyata dia mengalami masalah yang cukup besar yang menurutku itu tak bisa dipikul. Ternyata apa yang dialami Amran tak seindah apa yang aku bayangkan. Keluarga yang selama ini yang begitu indah kini berubah menjadi neraka saat ia tau bahwa ayahnya telah berpoligami. Dia tak menyangka ayahnya bisa setega itu, dan ibunya sudah tau lama sekali. Ditengah apa yang ia rasakan, adiknya yang begitu ia cintai mengalami kecelakaan. Dalam perjalanan pulang adiknya dihantam oleh sebuah mobil yang kebetulan melintas cepat. Ya Allah apa yang salah dengan Amran, pemuda yang begitu baik namun kini kehidupannya telah terpuruk.
Aku mencoba untuk menghibur Amran dan mencari solusi masalahnya. Amran mengajakku kerumah sakit untuk melihat adiknya yang terbaring disana. Dalam kesedihan dan duka yang mendalam dia terus berdoa agar adiknya cepat sembuh dan bisa kembali kedalam pelukannya. Dalam suatu malam disaat kami terlelap dikamar adiknya, Ayahnya datang bersama ibunya. Ketika menyaksikan adik Amran yang berbaring lesu disana. Terlihat detak jantung yang lemah dan keadaan tubuh yang penuh dengan perban dikepalanya. Amran merasa kecewa dengan ayahnya dan mengusirnya untuk keluar dari ruangan adiknya tidur. Ia melampiaskan segala kekecewaannya kepada ayahnya. Namun disaat pertengkaran itu ada sebuah tekanan nafas yang menggebu-gebu diringi dengan detakan jantung yang mulai lemah.
Aku segera menghubungi dokter untuk melihat keadaan adiknya. Usaha pacu jantung pun dilakukannya dengan tujuan agar jantungnya kembali berdetak namun apa yang terjadi. Usaha yang dilakukan sang dokter ternyata sia-sia. Roh sudah menemui Robnya. Adiknya kini telah tiada, dengan tangis yang memecah sebagai bentuk kesedihan yang ia alami. Aku memeluk Amran dan berusaha untuk menenangkannya. Setelah dikubur Amran masih merasa sedih namun ibunya selalu ada untuk menghiburnya. Duka yang ia rasakan beserta luka yang ia alami mungkin akan perlu waktu untuk mengobatinya. 6 bulan kemudian aku kembali bertemu dengan Aqniyah, namun dibelakangnya ada seseorang, yang aku rasa aku mengenalnya. Orang yang tadi mengikutinya kemudian menghampiriku dan memelukku. Ternyata ia adalah Azam, ternyata dia adalah temanku saat masa SMA. Entah bagaimana dia masih bisa mengenaliku.
Kami berbicara panjang dan lebar seraya tertawa dengan seagala masa lalu kami. Azam adalah mahasiswa kedokteran dengan Universitas yang ternama. Meski ia 2 tahun lebih tua dariku tapi baginya aku seperti saudaranya. Sejak saat itu aku mulai kembali berhubungan dengan Azam dan semakin akrab dalam membina persaudaraan kami. Tak terasa aku memasuki hari dimana aku akan diwisudah. Di balik saat aku bergegas nasuk kedalam ruang kampus aku kembali melihat Aqniyah. Aku sering berbicara dengannya lewat "wa" meski hanya sebuah kata-kata tapi kami saling menjaga batasan kami masing-masing. Ternyata dia butuh waktu 2 tahun lagi untuk lulus, karena waktu yang dibutuhkan untuk mahasiswa kedokteran minimalnya adalah 6 tahun. Aku bersedia menunggunya selama itu hingga waktu yang akan mempertemukan kami
Aku mulai merintis usaha mulai dari pembuatan pupuk yang lebih baik kualitasnya juga membuka usaha cokelat. Bersama Amran kami mencoba bertempur di dunia luar untuk mengais sedikit rezeki. 2 tahun sudah aku berhasil merintis usaha ini. Dan keuntungan yang kami. dapatkan juga lebih banyak. Allah memberikan jalan yang terbaik untukku. 4 hari setelah hari wisudah Aqniyah aku bermaksud untuk melamarnya, dengan harapan bahwa ia akan menerimaku menjadi imamnya. Namun setelah aku datang menghadap ayahnya, Aqniyah menolak lamaranku dengan alasan dia tidak mencintaiku. Dia hanya menganggapku sebagai kakak dan tidak lebih dari itu. Mendengar hal itu rasanya remuk hati ini. Harapan yang kini aku pendam dalam sanubari hati ini kini berubah menjadi luka yang menghancurkan hati ini.
Dengan tangan hampa aku pulang dengan mengendarai motor. Namun ditengah perjalanan aku ditabrak oleh sebuah truk besar. Saat aku terbangun aku merasa semua disekitarku gelap. Aku tak bisa merasakan mata ini dapat melihat. Saat aku mendengar bahwa aku buta. Rasanya hati ini remuk dan tubuh itu ini seperti tersengat liistrik. Tidak hanya itu Kak Azam juga akan melangsukan pernikahan dengan Aqniyah. Ternyata selama ini Kak Azamlah yang sangat dicintai oleh Aqniyah. Aku tak bisa merasakan semua ini. Semua yang aku alami terlalu berat bagiku. Amran duduk disampingku dan memberikanku semangat. 2 minggu kemudian aku menghadiri pernikahan Kak Azam. Aku mendengar dan merasakan kebahagiaan Kak Azam yang sangat.
Dia memelukku begitu erat. Aku hanya bisa menahan tangis dan sebisa mungkin tersenyum untuk Kak Azam. Hari yang aku lalui begitu berat dan tak bisa aku rasakan lagi. Aku berusaha bangun dari keterpurukan ini. Aku memanfaatkan indra peraba dan pendengaranku untuk berkomunikasi dan membaca tulisan. Dengan rabaan yang aku pelajari aku mulai bisa membaca. 1 tahun kemudian aku dijodohkan oleh orang tuaku untuk menikah dengan akhwat yang bernama Syifa. Aku menyutujuinya. Aku mulai bangkit. Aku dan Amran mulai membangun usaha lagi yaitu pupuk dan coklat. Ketika hendak mendistribusikan pupuk tersebut aku dan Amran yang menggunakan mobil ditabrak oleh sebuah bis besar yang supirnya sedang mengantuk. Mobil kami terlempar ke jurang.
Aku terbangun dengan kapas yang menutupi mataku. Allah memberikan anugrahnya dengan mengembalikkan penglihatanku. Aku melihat orang tuaku, Syifa dan Kak Azam. Aku tidak melihat sahabatku yang bersamaku. Ternyata Amran telah pergi. Orang yang begitu aku cintai dan yang selalu ada untukku kini telah pergi lebih dulu dariku. Kak Azam memberikan ku sepucuk surat dari Amran, sebelum ia pergi meninggalku untuk menghadap Robnya.Dengan tangan yang terasa lemas dan hati yang hancur juga luka yang semakin menganga perlahan aku membaca surat itu. Surat yang dituliskan dengan tinta merah.
"Asslammu alaikum salam sejahterah untuk saudaraku Amran
yang menjadi tali penolongku. Lewat surat ini aku ingin katakan
kau adalah sahabatku, bahkan saudara yang selalu ada disaat
aku butuuh bantuanmu. Terima kasih atas segalanya yang kau
berikan kepadaku. Aku tau tak ada kata yang indah yang bisa
aku sampaikan untuk mengakhiri surat ini. Jagalah pemberian
mata dariku, dan jalanilah hidupmu seperti apa yang kau inginkan
Jadilah manusia yang senantiasa bahagia dalam mencari ridho
Allah, satu hal yang aku inginkan tolong kau jaga ibuku. Bagiku
dia adalah malaikatku, dia adalah segalanya untukku, aku tak mau
kesedihan dan duka selalu ada di hatinya. Ibuku adalah orang yang
paling tegar yang aku punya. Dia adalah pahlawanku, hanya dia yang
bisa bersabar untukku. Cinta adalah dimana kita bertemu dan berpisah
karena Allah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar